Senin, 20 Juli 2009

Landasan Penggunaan Media Pembelajaran


Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara
lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
A. Landasan filosofis.
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai
jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan
terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai
media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan
media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa
dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara
maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan
teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting
bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru
menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri,
motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik
menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan
akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
B. Landasan psikologis.
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses
belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat
mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping
memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan
secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Untuk maksud
tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian
siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran
yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang
konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinuum konkrit-abstrak dan
kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama,
Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan
urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment)
kemudian ke belajar dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic
representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga
untuk orang dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai
dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia
membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang
berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat
kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan
dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan
simbul. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut
pengalaman (cone of experiment),
Dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada
diagram jika disejajarkan ada persamaannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat
perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga
menekankan stimulus yang dapat diamati, Bruner menekankan pada proses operasi
mental siswa pada saat mengamati obyek
C. Landasan teknologis.
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek
perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber
belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah,
mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan
masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan
terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk:
kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi
disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi
sistem pembelajaran yang lengkap. Komponen-omponen ini termasuk pesan, orang,
bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
D. Landasan empiris.
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam
menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang
signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik
tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh
keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram,
video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka
belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih
tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media
audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media
pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus
mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi
pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar